Kemenristekdikti Sediakan 1100 Kuota Beasiswa Untuk Papua

Jayapura – Pemerintah pusat melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyediakan 1.100 kuota beasiswa untuk putra-putri asli Papua dan Papua Barat.

Direktur Kemahasiswaan Direktorat Belmawa Kemenristekdikti Didin Wahidin di Jayapura, Kamis, mengatakan dari kuota 1.100 kouta tersebut terbagi menjadi Papua Barat 225 kuota, Papua 375 kuota, program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) 400 kuota, program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) kuota 300 dan kabupaten 3T di Bumi Cenderawasih 100 kuota.

“Khusus 1.000 kuota diperuntukkan bagi putra-putri asli orang Papua yang akan direkrut oleh Dinas Pendidikan setempat bersama tim, sedangkan sisanya 100 kuota lainnya disediakan untuk pelamar yang bukan OAP namun lahir besar di Bumi Cenderawasih,” katanya.
Menurut Didin, khusus untuk program beasiswa ADIK sudah dimulai sejak 2012, dan dari tahun ke tahun Direktorat Belmawa selalu berupaya memperbaiki kualitasnya hingga bagian tes penerimaan sehingga ada perbaikan nilai para mahasiswa.
“Proses perekrutan pelamar di Papua pastinya tidak sama dengan daerah lain. Kami menggunakan Tes Potensi Akademi (TPA) yang memiliki nilai prediksi dalam meramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam program pendidikan di perguruan tinggi,” ujarnya.


Pihaknya berkeinginan agar kuota yang ditetapkan bisa terisi penuh, dalam artian orangnya ada dan tingkat yang dipersyaratkan juga dipenuhi di mana diharapkan Papua dapat sukses dalam meningkatkan sumber daya manusianya.
“Dalam penyamaan persepsi dan sosialisasi beasiswa program ADIK untuk OAP 2018 ini, kami memperoleh informasi mengenai kendala yang dihadapi dari tiap kabupaten berbeda-beda, tapi akan coba diminimalisir sebaik mungkin,” kata Didin.
Dia menambahkan, Direktorat Belmawa juga berupaya agar pendaftaran bagi beasiswa ADIK ini tidak hanya dilakukan secara daring, namun juga manual sehingga jangan sampaui putra-putri Papua tidak diterima di perguruan tinggi hanya karena tidak adanya jaringan internet. (*)
Sumber : Papua News


Komentar

Postingan Populer